‘Mohon maaf pak, nama bapak tidak ada dalam DPT’, ujar Yusuf, Pak RT ku. Lho koq bisa? tanya ku tak mengerti. Dalam kartu keluarga ku ada empat orang yang berhak memilih, namun hanya 2 orang yang dapat undangan. Sedang aku dan istri sampai hari terakhir tidak mendapatkan undangan dan tidak tercantum dalam DPT. ‘Terus gimana pak yusuf? ‘ tanya ku meminta solusi. ‘No way out pak’ ujar nya lagi. Maksud nya? tanya ku lagi. Maksudnya kali ini bapak tidak bisa memilih. ‘Hah? koq bisa? teriak ku sambil emosi. Sejak kapan hak saya sebagai warganegara dicabut? protes ku. ‘ Ya gitu deh pak, sekali lagi mohon maaf baget’.
‘Gimana sih pak kejadian nya hingga saya tidak tercantum dalam DPT’? tanyaku penuh penasaran. Pemilu kali ini prosesnya beda dengan yang terdahulu. Kalo dulu ada Pantarlih yang gigih mengunjungi rumah rumah warga untuk melakukan pendataan dan cross check status terakhir. Tapi sekarang hal itu tidak terjadi. Kelurahan berpedoman pada Kartu keluarga dan KTP yang dikeluarkan, data tersbut digunakan oleh KPUD untuk membuat DPS. Kami sendiri dari RT dan RW tidak dilibatkan dalam proses validasi data. Hasilnya ya seperti sekarang ini pak, banyak warga kita yang tidak dapat memilih, jelas Pak Yusuf. Lucunya ada warga yang sudah meninggal dunia 3 bulan yang lalu tapi masih tercantum dalam daftar pemilih, lanjutnya lagi.
Daripada emosi nanti tidak terkendali, aku putuskan lebih baik pulang dari TPS. Begitu masuk rumah, aku disambut oleh Rara anak ku terkecil. ‘Pilih apa tadi pa?’ tanya nya sambil tersenyum. Papa pilih Bintang nya pak SBY ya? aku menggeleng. Si moncong putih barangkali? tanya nya lagi, aku menggeleng. Kalo gitu pasti pohon beringin kan pa? aku tetep menggeleng. Kali ini tebakan ku pasti ga meleset, pak haji kayak papa pasti pilih Ka’bah kan? tebak nya lagi, aku tetep menggeleng. ‘Koq menggeleng terus sih Pa’, atau jangan jangan papa tadi golput ya? Wah papa ini gimana sih, pak haji koq golput. Apa papa ga nonton tivi, golput itu haram lho pa. Sok tau kamu ah dek’, komen ku sekenanya. ‘ Beneran pa, golput itu dosa, pak kyai jenggotan lho pa yang bilang.
Papa bukan nya gak mau milih dek, pengen banget bahkan. ‘Wah, kalo gitu, siapa ya pa kira kira yang nanggung dosa nya papa? kan papa akhirnya jadi ga bisa milih’, ujar nya sambil ngeloyor meninggalkan aku sendiri. Terngiang ditelinga ku samar samar lagu pemilu jaman orba dulu, ‘ Pemilihan umum telah memanggil kita,… Semua rakyat menyambut gembira…, Dibawah Undang Undang Dasar Empat Lima,……